Pertandingan antara Persija Jakarta dan Persib Bandung selalu menarik perhatian para penggemar sepak bola Indonesia. Keduanya disebut sebagai El Clasico Liga Indonesia karena rivalitas, tensi tinggi, dan fanatisme suporter yang mendukung. Sejak era Perserikatan, persaingan antara kedua klub mulai menonjol dan semakin intens setelah Persija mendapatkan dukungan suporter dari The Jakmania. Sementara Persib memiliki fanatik Bobotoh yang setia mendukung timnya. Rivalitas ini juga melibatkan suporter di luar lapangan, menjadi salah satu duel paling panas di sepak bola nasional bahkan Asia.
Di balik persaingan, rivalitas antara Persija dan Persib juga memiliki latar belakang sosial yang unik. Pendukung Persib banyak yang merantau ke Jakarta untuk bekerja, sehingga terjadi sentimen negatif dari suporter Persija terhadap mereka. Namun, banyak juga pendukung Persib yang sukses di Jakarta. Persib bukan hanya populer di Jawa Barat, tetapi juga di Banten dan Jawa Tengah barat. Begitu juga dengan Persija yang menjadi identitas kota Jakarta dan magnet pariwisata dengan popularitas suporter yang fanatik.
Rivalitas ini seharusnya tetap dijaga dalam batas sportivitas, karena sepak bola seharusnya menyatukan, bukan memecah belah atau memunculkan kekerasan. Saran dari Bambang Pamungkas, “Tidak ada satu kemenangan pun yang sebanding dengan nyawa”. Rivalitas antara Persija dan Persib adalah salah satu aspek yang membuat sepak bola Indonesia semakin menarik, namun tetap harus dijalankan dengan sportivitas dan rasa persatuan.