PT Gunbuster Nickel Industry (PT GNI), perusahaan smelter asal China yang beroperasi di Morowali, Sulawesi Tengah, saat ini sedang menghadapi masa sulit. Produksi mereka mengalami pemangkasan drastis dan bahkan terancam berhenti sepenuhnya karena menunda pembayaran kepada pemasok energi lokal dan kesulitan dalam memperoleh bijih nikel. Berdasarkan laporan Bloomberg, beberapa alat berat di lokasi perusahaan sekarang tidak aktif. PT GNI, yang terkait dengan Jiangsu Delong Nickel Industry Co, sekarang terdampak oleh masalah yang dihadapi oleh induk perusahaannya. Jiangsu Delong sedang menjalani restrukturisasi utang di pengadilan China karena beban finansial yang berat.
Industri pertambangan menyatakan bahwa persaingan ketat di sektor smelter nikel pirometalurgi di Indonesia menjadi faktor utama yang mempengaruhi gangguan produksi PT GNI. Penurunan harga nikel global sejak akhir 2022 juga memperburuk kondisi keuangan perusahaan. Menariknya, sejumlah bank besar di Indonesia telah memberikan kredit kepada PT GNI. Data Bloomberg menunjukkan bahwa PT Bank Central Asia Tbk (BCA), PT Bank Mandiri Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) terlibat dalam skema kredit sindikasi dengan total pinjaman besar. Setiap bank telah menyalurkan dana sebesar 1,30 juta dolar AS dan 1,29 juta dolar AS untuk perusahaan.
Selain itu, Bloomberg juga mencatat dua transaksi kredit sindikasi pada periode yang sama, masing-masing bernilai 432,33 juta dolar AS dan 429,99 juta dolar AS. Saat ini, belum jelas apakah utang tersebut masih menjadi kredit macet atau sudah dilunasi sepenuhnya. Semua ini menunjukkan bahwa PT GNI tengah menghadapi tantangan besar dalam menjaga kelangsungan bisnis mereka.