Pada rapat dengan komisi XII DPR, PT Pertamina Patra Niaga mengakui bahwa ada penambahan zat aditif pada BBM jenis Pertamax sebelum didistribusikan ke SPBU. Menurut Pelaksana Tugas Harian (Pth) Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra, proses penambahan aditif tersebut adalah praktik umum dalam industri minyak untuk meningkatkan kualitas produk. Meskipun BBM sudah berada pada tingkat RON 90 atau RON 92, penambahan aditif dilakukan untuk mengoptimalkan kinerja. Ega memastikan bahwa meskipun adanya penambahan zat aditif, tidak ada pengoplosan Pertamax dengan Pertalite yang dilakukan.
Namun, Kejaksaan Agung membantah klaim dari PT Pertamina Patra Niaga dan menyatakan bahwa ada pengoplosan atau blending antara Pertamax dengan Pertalite. Direktur Penyidik Jampidsus Kejaksaan Agung, Abdul Kohar, mengatakan bahwa temuan tersebut didasarkan pada keterangan saksi yang diperiksa oleh penyidik. BBM oplosan tersebut, yang kandungannya diantaranya RON 90 atau bahkan di bawahnya, dijual dengan harga Pertamax. Kohar menekankan bahwa alat bukti yang ditemukan oleh penyidik menunjukkan adanya blending antara BBM dengan tingkat RON yang berbeda sebagaimana disampaikan oleh PT Pertamina Patra Niaga.
