Isu tentang kemunduran demokrasi di akhir masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru-baru ini menjadi perbincangan hangat. Tidak hanya mendapatkan perhatian di dalam negeri, masalah demokrasi ini juga menjadi sorotan media asing, terutama di Jerman dan Amerika Serikat.
Mengomentari perkembangan politik dalam negeri dan liputan media asing yang menyoroti praktek dinasti politik yang dilakukan oleh Jokowi, Wakil Direktur Imparsial, Ardi Manto Putra, mengatakan bahwa kemunduran demokrasi di akhir rezim Jokowi tidak boleh diabaikan.
“Ardi mengatakan bahwa putusan Mahkamah Konstitusi yang memperbolehkan pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres pendamping Prabowo Subianto pada Pilpres 2024 adalah titik kritis dalam kemunduran demokrasi Indonesia,” seperti yang dikutip dari pernyataan persnya pada Jumat (3/11).
Ia juga menyebut bahwa belum lama ini salah satu media asal Jerman, Handelsblatt, menyoroti langkah politik putra sulung Presiden Jokowi, Gibran, yang mencalonkan diri sebagai cawapres pendamping Prabowo Subianto pada Pilpres 2024.
“Menurut media tersebut, pencalonan Gibran dipandang sebagai pembangunan politik dinasti yang merusak dan membunuh demokrasi di Indonesia,” ucap Ardi.
Ardi juga menjelaskan bahwa sebelumnya, kemerosotan demokrasi di Indonesia juga telah diliput oleh Time, media yang berbasis di Amerika Serikat.
Imparsial melihat bahwa kondisi kemerosotan demokrasi di Indonesia yang menjadi sorotan dua media asing tersebut adalah masalah politik yang nyata dan sulit untuk disangkal, terutama jika kita memperhatikan dinamika politik elektoral menjelang 2024.
Ardi menyebut putusan kontroversial Mahkamah Konstitusi yang memberikan kesempatan bagi Gibran bin Jokowi untuk maju pada Pilpres sebenarnya adalah titik puncak dalam kemunduran demokrasi Indonesia.