Senator Papua Barat Dr. Filep Wamafma mengkritisi kondisi pendidikan di Indonesia yang masih belum menunjukkan kepastian keberpihakan kebijakan. Dia menyoroti berbagai masalah yang terjadi, seperti tingginya angka anak tidak sekolah, tingkat putus sekolah yang cukup tinggi, dan kesenjangan pendidikan antara perkotaan dan pedesaan.
Menurut Filep, pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia dan merupakan proses yang harus berlangsung terus-menerus. Namun, kenyataannya masih banyak anak di Indonesia yang tidak mendapat pendidikan, terpaksa harus putus sekolah, serta akses pendidikan yang belum merata.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa angka tidak sekolah pada tahun 2023 untuk SD/Sederajat sebesar 0,67, SMP/Sederajat 6,93, dan SMA/Sederajat 21,61. Sementara itu, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada Maret 2023 juga mengungkapkan bahwa angka putus sekolah di jenjang SD/sederajat sebesar 0,11%, di SMP/sederajat 0,98%, dan di SMA/sederajat 1,03%.
Terdapat juga kesenjangan antara pendidikan di perkotaan dan pedesaan, dengan angka putus sekolah di pedesaan lebih tinggi daripada perkotaan. Hal ini menunjukkan perlunya perhatian lebih untuk mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor yang menghambat anak-anak dalam melanjutkan pendidikan.
Filep menegaskan bahwa setiap warga negara harus dapat memanfaatkan hak atas pendidikan secara optimal sesuai amanat konstitusi. Oleh karena itu, dibutuhkan tindakan konkret untuk memastikan pendidikan di Indonesia benar-benar merata dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua anak.