Muhammad Said Didu, mantan Sekretaris Kementerian BUMN, kembali menyoroti Mega proyek Pantai Indah Kapuk (PIK) 2. Menurutnya, adanya framing yang dibuat oleh oligarki dan pihak pro-pemerintah menjadi perhatiannya. Said Didu merasa bahwa tulisan yang mengkritik proyek ini seolah-olah diframing sebagai rasis, anti-pembangunan, dan anti-stabilitas oleh pihak yang pro-oligarki. Ia juga menegaskan bahwa ada usaha sistematis untuk mengubah fakta terkait proyek-proyek besar yang merugikan masyarakat, termasuk PIK 2.
Said Didu juga menyebut bahwa sebenarnya yang rasis adalah pihak-pihak yang menggusur rakyat dari berbagai tempat seperti tambang, kebun, hutan, laut, dan pemukiman. Ia menekankan bahwa mempertahankan hak rakyat yang digusur justru dianggap sebagai tindakan rasis. Ditambahkan bahwa kritik terhadap proyek-proyek besar seperti PIK 2 bukanlah bentuk anti-pembangunan, melainkan bahwa yang sebenarnya anti-pembangunan adalah pembangunan yang hanya menguntungkan segelintir orang, bukan kesejahteraan masyarakat umum.
Said Didu juga menyanggah tuduhan anti-stabilitas, ia mengritik pihak-pihak yang menciptakan ketimpangan sosial, memberikan sogokan kepada aparat, melakukan penggusuran, dan melakukan tindakan merusak stabilitas. Dengan tegas, ia menegaskan bahwa yang mereka lawan adalah pembangunan yang merugikan dan menghancurkan kehidupan rakyat. Menurutnya, upaya merusak stabilitas muncul dari tindakan-tindakan tersebut.