Portal berita partai gerindra, prabowo subianto
Berita  

Kontroversi atas Potensi Pemilihan Gibran sebagai Cawapres dan Keterlibatan Nepotisme dalam Pemerintahan Jokowi

FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pegiat Media Sosial Sudarsono Saidi, mengingat kembali publik terkait demo besar-besaran yang terjadi pada 1998 lalu.

Sudarsono mengatakan, demo besar-besaran itu terjadi karena adanya Kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN) pada kepemimpinan Presiden Soeharto.

“Kasus demo besar 98, dipicu KKN Soeharto,” ujar Sudarsono dalam cuitannya (30/10/2023).

Saat itu, kata Sudarsono, Soeharto mengangkat putrinya Siti Hardijanti Hastuti Soeharto menjadi Menteri Sosial.

“(Dia) mengangkat putrinya, walaupun memang pantas menjadi Menteri Sosial,” Sudarsono menuturkan. Atas dasar itu, Sudarsono menyebut, lahirlah perlawanan dan tekanan reformasi.

“Publik bergejolak dan terjadi tekanan reformasi,” ucapnya.

Setelah lama tenggelamnya era Soeharto, Sudarsono mengatakan, publik diperlihatkan kembali adanya upaya pembangunan dinasti kekuasaan.

“Kini, publik dicoba dengan kisah bangunan dinasti,” tambahnya.

“Bapaknya masih aktif, menunjuk dan membiarkan anaknya jadi cawapres,” sambung dia.

Sudarsono kemudian mengembalikan kepada publik untuk memberi penilaian terhadap sikap yang diperlihatkan Jokowi.

“Terserah memaknai. Bagiku Gibran jadi Cawapres Prabowo Subianto itu sebagai puncak praktik KKN rezim Jokowi,” imbuhnya.

Lanjutnya, pihak Jokowi terus mengumandangkan narasi pemimpin muda di belahan dunia yang semakin ke sini sudah semakin lazim.

“Narasi yang dibangun tidak ada yang salah pemimpin muda, di dunia sudah semakin lazim,” tukasnya.

Diakui Sudarsono, semua akan sepakat terhadap dukungan terhadap anak-anak muda untuk menjadi pemimpin. Sebab, mereka memang merupakan generasi penerus bangsa.

Exit mobile version