Adjie Santosoputro, seorang praktisi kesehatan mental Indonesia, mengekspresikan kekecewaannya terhadap polemik terkait Pertamax oplos yang dilakukan oleh Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan. Melalui akun media sosialnya dengan nama @Adjiesantoputro, Adjie menulis tentang kebohongan yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk saat membeli bensin. Ia bertanya-tanya apakah ada bagian kehidupan kita yang tidak dibohongi oleh negara. Respon dari netizen pun beragam, banyak yang merasa kecewa dengan tingginya tingkat kecurangan di negara ini.
Sementara itu, pemeriksaan terhadap para tersangka pengoplosan Pertamax masih berlanjut. Menurut Direktur Penyidikan pada Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung, Abdul Qohar, terdapat empat orang petinggi anak perusahaan PT Pertamina dan tiga orang lainnya dari pihak swasta yang menjadi tersangka. Tindakan melawan hukum yang dilakukan para tersangka telah menyebabkan kerugian keuangan negara sekitar Rp193,7 triliun. Kerugian tersebut meliputi kerugian ekspor minyak mentah dalam negeri, impor minyak mentah melalui broker, impor bahan bakar minyak (BBM) melalui broker, serta kerugian akibat pemberian kompensasi dan subsidi.
Kasus ini menjadi perhatian publik karena dampak yang ditimbulkan oleh tindakan ilegal tersebut sangat besar dan merugikan negara secara keseluruhan. polemik ini menjadi sorotan masyarakat karena lamanya proses penyelesaian dan berbagai aspek kerugian yang ditimbulkan, termasuk dalam pengelolaan bahan bakar minyak yang secara tidak langsung mempengaruhi harga dan ketersediaan energi di Indonesia. Sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, transparansi dan kejujuran dalam pengelolaan sumber daya tersebut sangatlah penting untuk menciptakan ekosistem yang adil dan berkelanjutan.
