Andi Arief, seorang politisi Demokrat, mengungkapkan bahwa Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara sebenarnya bukan hal baru, melainkan telah dipersiapkan sejak tahun 2006. Menurut Andi Arief, saat itu Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah merencanakan pendirian Danantara sebagai super holding untuk BUMN. Pada tahun 2006, persiapan telah dilakukan termasuk menggelar Focus Grup Discussion (FGD) karena Temasek dari Singapura juga sudah memiliki model serupa.
Andi Arief mempertanyakan kenapa baru-baru ini Danantara menjadi perbincangan hangat di masyarakat, meskipun rencana pembentukannya sudah lama tersusun. Danantara, yang merupakan lembaga BPI baru yang dibentuk oleh Presiden Prabowo Subianto, melibatkan partisipasi mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam strukturnya.
Pembentukan BPI ini memunculkan beragam reaksi di masyarakat karena akan mengelola dana yang signifikan. Danantara Indonesia sendiri bertujuan untuk mengonsolidasikan dan mengoptimalkan investasi pemerintah demi mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Nama “Daya Anagata Nusantara” yang diberikan Presiden Prabowo Subianto menggambarkan tujuan dan potensi masa depan Indonesia.
Danantara Indonesia berkomitmen untuk mendorong transformasi ekonomi dengan pendekatan profesional dan penerapan good governance. Meskipun kontroversial, Danantara diharapkan dapat menjadi pilar penting dalam memperkuat ekonomi Indonesia ke depannya.












