Penerimaan negara tidak mampu mencukupi kebutuhan pemerintah karena penurunan hingga 30 persen dalam setoran pajak, menyebabkan dampak negatif pada APBN dengan defisit mencapai Rp31,2 triliun. Investor asing mulai menghindar, terlihat dari penurunan IHSG sebesar 2 persen dan mayoritas saham berada dalam zona merah. Selama seminggu, saham-saham berkapitalisasi besar juga mengalami penurunan.
IHSG ditutup dalam kondisi merah pada perdagangan Senin (17/3/2025), turun 43,68 poin (0,67 persen) ke level 6.471,94 setelah sempat mencapai level tertinggi 6.557,41. Namun, tidak mampu bertahan hingga akhir perdagangan dan akhirnya terkoreksi ke level 6.400-an. Pergerakan IHSG sepanjang hari lebih banyak berada di level 6.400-an, bahkan menyentuh level terendah di 6.445,97.
Selain IHSG yang turun ke zona merah, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS di pasar spot juga melemah, mencapai Rp 16.406 per dollar AS atau merosot 0,34 persen (56 poin) dibandingkan sebelumnya. Meskipun demikian, kurs tengah Jisdor menunjukkan peningkatan nilai tukar rupiah menjadi Rp16.379 per Dolar AS pada Senin (17/3/2025) dibandingkan dengan hari Jumat sebelumnya.
Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) mengkritik kebijakan impulsif yang diambil oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menjadi salah satu penyebab defisit APBN pada Januari-Februari 2025.
