Kementerian Kesehatan terus berupaya untuk memperjuangkan pemerataan distribusi tenaga perawat di seluruh wilayah Indonesia, terutama di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Masih terdapat ketimpangan dalam jumlah perawat di daerah-daerah tersebut, meskipun secara keseluruhan jumlah perawat di tingkat nasional sudah cukup memadai. Menurut Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, Aji Muhawarman, provinsi-provinsi seperti Kalimantan Utara, Papua Barat, dan Bangka Belitung masih memiliki jumlah perawat yang minim. Data per Maret 2025 menunjukkan bahwa Jawa Timur menduduki posisi teratas dengan jumlah perawat terbanyak, diikuti oleh Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Rasio perawat di Indonesia saat ini adalah 2,5 per 1.000 penduduk, dan terdapat 793 program studi keperawatan yang tersebar di berbagai perguruan tinggi. Setiap tahun, Kementerian Kesehatan mencatat penerbitan sekitar 64.887 surat tanda registrasi (STR) baru bagi perawat. Meskipun demikian, tantangan dalam pemenuhan kebutuhan tenaga perawat tidak hanya berkaitan dengan jumlah, tetapi juga distribusi dan kualitas. Aji Muhawarman menyatakan bahwa kekurangan jumlah dan distribusi perawat dapat diatasi melalui berbagai cara, seperti penugasan khusus, pengangkatan sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), dan pemberian beasiswa. Upaya pemerataan perawat di daerah 3T terus didorong untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di wilayah tersebut.
